Tuesday, 22 November 2016
Penulis : Alifurrahman
Saat kasus soal Ahok mencuat, saya termasuk yang paling keras menyatakan
bahwa itu bukan kasus menistakan agama. Sikap saya juga sangat keras
menolak siapapun yang ingin lakukan demo dan menggelar aksi Bela Islam.
Tak peduli itu kyai, ustad atau teman-teman dekat yang saya kenal. Kalau
mereka mau demo, maka sejak saat itu mereka adalah lawan saya.
Sikap
keras ini memang kemudian menimbulkan tanda tanya, bahkan sebagian
orang mencaci maki. Saya biarkan saja, sebab saya sangat paham bahwa
mereka tidak tau tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan politisi
negeri ini. Jadi saya ikhlas dicaci.
Saya
memilih keputusan idealis seperti ini karena saya paham bahwa kalau
negeri ini bermasalah, maka seluruh keluarga besar rakyat Madura juga
akan bermasalah. Sementara pulau eksotis ini masih belum siap untuk
mandiri jika terjadi perpecahan.
Bagi
saya pribadi, terlalu mudah untuk pindah ke tempat lain, atau bahkan
menetap di luar negeri jika negeri ini rusuh. Toh saya pernah menetap di
Malaysia selama 4 tahun. Tak susah bagi saya untuk beradaptasi.
Tapi,
ini soal yang lebih besar, keutuhan NKRI. Saya masih bermimpi Madura
bisa semaju Jakarta. Masih punya mimpi agar anak-anak saya nanti punya
negara yang aman, damai, tentram dan maju bernama Indonesia. Dan demi
itu semua, saya diam saat dicaci. Bersabar saat diintimidasi.
Apalagi
saat dituduh buzzer bayaran, duuh. Jujur saja saya sudah sampai di
titik dibayar untuk diam, bukan dibayar untuk menulis. Kalau saya mau
uang, cukup diam dan tak menulis apapun yang mendukung Ahok. Tapi saya
memilih untuk tetap menulis, lalu membiarkan apapun yang ingin orang
katakan. Sebab ini bukan soal Ahok, melainkan posisi Presiden, makar dan
ancaman rusuh yang berkepanjangan. Kalau negeri ini rusuh, kita semua
yang susah. Sementara setan-setan politiknya akan punya kekuasaan tanpa
perlu jalur demokrasi.
Sekarang,
suasana sudah semakin kondusif. Saya jadi tak perlu terlalu keras lagi,
alhamdulillah. Mayoritas orang sudah sadar bahwa niat mereka membela
Islam ternyata ditunggangi aktor politik. Niat mereka membela Islam atau
menuntut Ahok diperiksa, kini disadari bahwa orang lain ada yang
menggunakannya untuk melengserkan Presiden.
Sekarang
semua orang dari kalompok Muslim ikhlas yang terprovokasi ikut demo,
menyadari bahwa ini bukan soal kasus penistaan agama. Mereka yang datang
dengan ikhlas dan dana pribadi, kini sebagian sudah sadar bahwa
sebenarnya aksi tersebut didanai oleh politisi busuk yang ingin
lengserkan Jokowi.
Kelompok
Muslim ikhlas ini juga pasti sudah mulai muak dengan FPI dan kelompok
orang yang maksa tetap turun ke jalan meski Ahok sudah jadi tersangka.
Semakin ada kelompok yang ngotot, semakin membuat muak Muslim ikhlas.
Sementara FPI punya kepentingan untuk menggerakkan massa.
Ancaman
rusuh dan makar juga sudah mereda karena semakin banyak orang sadar.
Apalagi mereka kelompok makar ini menyerukan aksi rush money, tarik uang
dari bank supaya Indonesia krisis, makin banyak yang sadar bahwa aksi
ini bukan cara-cara Islam.
Ahok meminta maaf lagi
Luar
biasanya, saat suasana panas sudah mereda dan ancaman demo juga hampir
tidak mungkin lagi terjadi, Ahok malah meminta maaf lagi kepada
masyarakat atas semua keributan yang megancam pada perpecahan NKRI.
Sikap
Ahok ini pasti akan jadi nilai positif di kalangan Muslim non
kepentingan. Sementara di sisi lain FPI dan yang secingkrangan dengannya
terus mencari alasan baru untuk lakukan demonstrasi.
Sebagai
rakyat biasa dan waras, saya mendukung FPI untuk terus ngotot.
Sementara Ahok tetap tenang seperti Presiden Jokowi. Karena dengan
begitu, maka FPI akan jadi bumerang mematikan yang akan menghabisi
peluang Agus Sylviana.
Terakhir,
cara-cara Tuhan melindungi negeri ini memang sangat unik. Siapa yang
sangka kalau dalam waktu sekejap semuanya seperti sudah selesai. Padahal
4 November lalu kita semua tau bahwa ancaman perpecahan benar-benar di
depan mata, sementara untuk menjelaskan ke semua orang yang terprovokasi
sudah sangat tidak mungkin.
Tapi
sekarang masa-masa krisis itu sudah berlalu. Presiden tetap tenang,
sementara FPI dan provokator jadi semakin terlihat munafiknya. Semoga
nanti saat kasus Ahok ini disidangkan secara live, masyarakat jadi
semakin mengerti pokok masalahnya.
Selengkapnya :
https://seword.com/sosbud/masyarakat-mulai-sadar-telah-dimanfaatkan-fpi/

No comments:
Post a Comment